Esai "Nasibmu Yaqowiyyu di Masa Kini" - Lomba Olimpiade Bahasa Indonesia Nasional

Nasibmu Yaqowiyyu di Masa Kini
Oleh: Falahul Khansa Pinasthi (SMP N 2 Klaten)
A.    Latar Belakang Masalah
Pesatnya perkembangan dan kemajuan teknologi saat ini membawa berbagai pengaruh baik positif maupun negatif bagi kehidupan dalam masyarakat. Pengaruh positif yang dapat dilihat antara lain masyarakat semakin mudah dan cepat dalam mengakses kebutuhan dalam berbagai hal. Adapun pengaruh negatif tersebut antara lain lunturnya rasa kesadaran akan kearifan lokal yang dimiliki, dan lunturnya ikatan persaudaraan antarmasyarakat. Padahal kearifan lokal itu merupakan tradisi yang membentuk persatuan dan kesatuan di NKRI.
Salah satu kearifan lokal itu adalah Tradisi Yaqowiyyu di daerah Jatinom, Kabupaten Klaten. Tradisi ini sarat dengan pesan sosial dan religius sebagai bentuk perwujudan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia yang telah diberikan.
Namun sangat disayangkan, tradisi ini mulai luntur karena dianggap sebagai kegiatan yang kuno atau ketinggalan zaman, dan membuat generasi muda malu dan beralih mempelajari kebudayaan asing yang dianggap lebih modern. Hal inilah yang melatarbelakangi penulis untuk mengangkat permasalahan ini menjadi esai.
B.     Pembahasan
Tradisi Yaqowiyyu merupakan tradisi penyebaran apem yang diadakan pada bulan Sapar, dan dikenal dengan istilah Saparan atau Sebar Apem. Tradisi ini masih ramai dikunjungi oleh wisatawan domestik maupun mancanegara. Hal itu juga dikarenakan adanya kepercayaan masyarakat bahwa apem yang disebar dengan terlebih dahulu diberi doa-doa itu memiliki kekuatan dan  keberkahan tersendiri. Masyarakat di daerah Jatinom percaya bahwa, semakin banyak apem yang didapat, maka semakin banyak rejeki yang akan didapat pula. Seperti hasil pertanian yang akan lebih melimpah dari biasanya.
Apem yang disebar oleh panitia kegiatan merupakan apem yang dibuat warga di Kecamatan Jatinom, sebagai wujud syukur atas nikmat yang diberikan Tuhan Yang Maha Kuasa. Sebelum apem disebar, apem terlebih dulu diletakkan di masjid yang berlokasi di kompleks pemakaman Ki Ageng Gibrig dalam waktu satu malam. Esoknya, apem diarak menuju tempat penyebaran apem yang disertai dengan kirab budaya, penampilan marching band, dan juga mas dan mbak Klaten yang terpilih. Apem yang diarak terdiri dari dua gunungan, yaitu gunungan lanang dan gunungan wadon. Gunungan lanang berbentuk kecil dan ramping ke atas, sedangkan gunungan wadon berbentuk bulat dan pendek ke bawah.
Tradisi Yaqowiyu sebenarnya merupakan legenda yang berubah menjadi tradisi. Pada mulanya, Ki Ageng Gibrig yang merupakan keturunan dari Prabu Brawijaya pulang dari menunaikan ibadah Haji di Tanah Suci Mekah dan membawa 3 kue sebagai buah tangan. Sayangnya, saat akan dibagikan kepada penduduk, jumlahnya tidak mencukupi. Sang istri, Nyi Ageng Gibrig, pun diminta untuk membuat kue yang sejenis agar semua penduduk mendapat buah tangan tersebut. Kue – kue ini kemudian disebarkan kepada penduduk setempat. Penduduk setempat yang berebutan untuk mendapatkannya meneriakkan “Yaqowiyyu” yang berarti “Tuhan..berilah kekuatan”. Kue ini kemudian disebut dengan apem menurut etimologi bahasa yang merupakan saduran dari bahasa Arab yaitu “affam” yang berarti ampunan agar masyarakat selalu memohon ampunan dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Kejadian ini justru berlangsung hingga sekarang ini.
Banyak masyarakat yang ingin mendapat kue apem dengan tujuan agar rejekinya bertambah. Padahal rejeki seorang insan sudah diatur dan ditetapkan oleh Tuhan. Sebagai manusia, hendaklah memercayai Tuhan yang telah memberikan kenikmatan,  bukan meletakkan keyakinan kepada apem.
Apem yang disebar mencapai 4.000 – 5.000 ton ini membuat wisatawan berebut untuk mendapatkannya karena mengetahui asal usul adanya kue ini. Tradisi ini juga merupakan tradisi unik yang pelaksanaanya sederhana.
Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo mengatakan tradisi ini merupakan acara dalam rangka mengenang tokoh penyebar agama islam, yakni Ki Ageng Gribig. Menurut Ganjar, Ki Ageng Gribig membuktikan bahwa Para ulama di zaman dahulu datang membawa kebaikan melalui pendekatan budaya yang sangat luhur. Budaya ini bisa mengumpulkan banyak orang dengan keceriaan dan kegembiraan. Para romo kiai datang melakukan pendekatan budaya untuk kebaikan, seperti tolong menolong, beribadah dan menjaga keutuhan NKRI. Menurut Ganjar pranowo, apem dari bahasa Arab ‘affan’ yang artinya maaf memiliki makna yang lebih besar yaitu datang sepakat saling memaafkan, sepakat saling bertemu, gotong - royong, sepakat berbagi rejeki, sepakat gotong - royong bangun bebarengan (detik.news). Bermacam cara dilakukan untuk mendapatkan apem lebih banyak, seperti menggunakan payung atau jaring. Tingginya antusias ini karena masyarakat percaya apem - apem itu mendatangkan berkah dan kesejahteraan.
Indonesia punya semboyan 'Bhinneka Tunggal Ika' yang memiliki arti 'berbeda-beda tetapi tetap satu'. Semboyan itu menjadi motto bangsa Indonesia yang melambangkan persatuan di tengah keberagaman Indonesia.
Bila diterjemahkan tiap kata, Bhinneka punya arti 'beraneka ragam'. Kata tunggal berarti 'satu' dan ika berarti 'itu'. Sehingga, bila mengacu berdasarkan arti secara harfiahnya, 'Bhinneka Tunggal Ika' memiliki arti 'beraneka ragam itu satu'. 
Generasi muda harus mengetahui seluk - beluk dari adanya Tradisi Sebar Apem ini. Upaya untuk membangkitkan ketertarikan generasi muda yang dapat dilakukan adalah melalui penyebaran ataupun pemberitahuan tradisi ini di media massa. Selain itu kegiatan lomba fashion show atau lomba lain yang sesuai dengan generasi muda zaman sekarang dapat diadakan, pembukaan bazaar makanan, ataupun kegiatan lomba mengunggah foto saat mengikuti tradisi sebar apem baik untuk dilakukan karena akan menambah ketertarikan generasi muda saat ini akan tradisi yang sudah lama dimiliki. Dengan demikian, tradisi turun temurun ini tidak luntur, dan akan selalu memperkuat kebudayaan NKRI yang beragam. Hal ini sesuai dengan semboyan “Bhinneka Tunggal Ika”. Generasi muda seharusnya bangga dengan adat istiadat yang sebagai pemersatu perbedaan yang ada, dan tidak terombang – ambing dengan arus global yang berkembang dengan pesatnya.
C.    Kesimpulan
Jadi, dari uraian di atas dapat disimpulkan sebagai berikut, bahwa tradisi Yaqowiyyu merupakan tradisi yang diadakan di bulan Sapar yang diadakan di daerah Jatinom. Tradisi ini mengandung filosofi kehidupan sehari – hari. Keunikan dari tradisi ini juga memberi manfaat kepada sesama. Manfaat yang didapat seperti merekatnya tali persaudaraan dan hubungan kekeluargaan antarmasyarakat, serta meningkatnya kesejahteraan masyarakat seperti membuka stand – stand bazaar. Keragaman budaya merupakan kekayaan nasional yang harus dipertahankan.  Masyarakat Indonesia hendaklah bangga dengan keragaman budaya yang dimiliki, karena mempersatukan perbedaan yang ada.

Postingan Populer