Ulasan Cerpen, Cerpen "Harga Sebuah Sepeda" karya Tjak S. Parlan (Koran Tempo)
Ulasan Cerpen
By Falahul Khansa P
Ulasan Cerpen
Identitas Cerpen
Judul : Harga Sebuah Sepeda
Penulis : Tjak S. Parlan
Penerbit : Koran Tempo
Tanggal
terbit : 16-17 November 2019
Pendahuluan
Tjak S. Parlan lahir
di Banyuwangi, Jawa Timur, 10 November 1975. Cerpen dan puisinya dimuat di
berbagai media dan antologi. Buku kumpulan cerpennya Kota yang Berumur
Panjang (Basabasi, 2017). Selain menulis, sehari-hari ia mengerjakan
“perwajahan” untuk sejumlah buku dan penerbitan. Bermukim di Ampenan, Nusa
Tenggara Barat.
Sinopsis Cerpen
Cerpen
ini menceritakan tentang seseorang yang bernama Fahmi Idris yang hendak menjual
sepedanya di pasar loak untuk memenuhi keperluan keluarganya. Namun, di tengah
jalan sepedanya menginjak bangkai anjing yang telah membusuk sehingga ban
sepedanya menjadi sangat bau.
Sampai
di pasar loak sepedanya hendak dibeli dengan harga yang rendah oleh Hasan
Sanusi, padahal Bachtiar Tamrin telah menaksir harga sepedanya lebih tinggi.
Fahmi Idris pun menelepon Bachtiar Tamrin, dan ternyata ia telah memberikan
uang lima ratus ribu rupiah kepada Hasan untuk membeli sepeda Fahmi Idris.
Ternyata Hasan hendak mengambil untung seratus ribu. Hasan kemudian memberikan
uang lima ratus ribu kepada Fahmi tetapi meminta komisi.
Dalam
perjalanan pulang Fahmi terhalang oleh demo buruh. Ia yang telah membelanjakan
sebagian uangnya untuk keperluan keluarganya terhimpit oleh tubuh orang-orang
yang sedang berdemo, yang terdesak dan melarikan diri. Fahmi pun pingsan.
Saat
ia siuman, barang-barang belanjaanya yang ia cari. Meskipun ringsek, ia
mengumpulkannya kembali. Yang membuatnya lega, susu formula untuk anaknya masih
utuh.
Tiba-tiba
istrinya menelepon. Ia pun mengatakan bahwa akan segera pulang membawa
keperluan keluarganya. Sementara itu, suara para buruh yang sedang berdemo
masih terdengar.
Kelebihan dan Kekurangan Cerpen
Tema
yang dihadirkan dalam cerpen ini mengangkat kehidupan sosial kelas bawah.
Masalah himpitan ekonomi yang memaksanya menjual barang yang dianggap berharga
untuk menyambung hidup dapat menyadarkan kita betapa banyak diluar sana
orang-orang yang hidup dalam serba kekurangan, dan menjadikan kita lebih
bersyukur.
Bahasa
dalam cerpen ini mudah dipahami, namun kalimat-kalimat yang menggambarkan
kondisi bangkai anjing membuat pembaca merasa risih dan jijik.
Cerpen ini layak dibaca oleh siapa
pun yang ingin memahami kehidupan kelas bawah untuk dapat diambil hikmahnya.
Teman-teman dapat melihat cerpen aslinya di sini